perkembangan motorik kasar dan halus

All posts tagged perkembangan motorik kasar dan halus

Perkembangan Anak..

Published November 7, 2011 by dita8

Masa anak-anak adalah masa dimana perkembangan sangat pesat seperti perkembangan psikomotorik anak. Untuk mengembangkan potensi kemampuan psikomotorik anak diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, dan yang paling penting adalah peran orangtua, kemampuan psikomotorik hanya bisa dikembangkan dengan latihan-latihan yang menuju kearah mengembangkan kemampuan anak. Hal ini mememerlukan rangsangan yang sangat banyak dikarenakan agar perkembangan potensi kemempuan psikomotorik anak bisa optimal. Kemampuan psikomotorik adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan bagian tubuh dengan otak untuk mampu berfungsi secara harmonis. Kemampuan psikomotorik ini sangat berkembang pesat di usia dini.

 

Faktor yang Menghambat dan Mendukung Peningkatan Potensi Kemampuan Psikomotorik Anak

a.   Faktor pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua adalah sebuah faktor penghambat psikomotorik anak disaat pola asuh orang tua terlalu otoriter ataupun terlalu memaksa, karena karakteristik seorang anak sanagt sensitif. Apabila orangtua memaksakan peningkatan potensi perkembangan psikomorik anak, akan menyebabkan gangguan mental terhadap anak tersebut, biasanya anak akan merasa canggung, merasa serba salah, tidak percaya pada diri sendiri dan merasa tertekan.

b.  Gen Dari Orang Tua

Gen dari orang tua juga bisa menjadi penghambat dalam upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik anak, apabila orang tua mempunyai pembawaan sifat gen yang unggul maka dalam mengembangkan potensi kemampuan psikomotorik anak pun juga akan lancar. Hal sebaliknya apabila anak membawa pembawaan gen dari oarang tua dimana gen tersebut adalah gen yang lemah maka kemampuan meningkatkan potensi psikomotorik anak itu biasanya juga akan lemah. Atau yang paling parah apabila anak itu menderita autis maka akan sulit sekali meningkatkan potensi kemampuan motorik yang ada.

c.   Pengaruh Lingkungan

Lingkungan tempat seseorang dibesarkan, hubungan dengan anggota keluarga dan orang lain berpengaruh terhadap perkembangan psikomotorik pada anak, di antaranya yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan bermain.

d.  Interior Ruang Belajar Mempengaruhi Peningkatan Potensi Psikomotorik Anak

Kebiasaan mental dan sikap perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya, lingkungan fisik tersebut berupa kondisi fisik (bangunan), ruang (interior) beserta segala perabotnya, dan sebagainya. Jika bangunan itu memiliki ruang-ruang yang sangat nyaman untuk beraktivitas di dalamnya, maka dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku anak (Dwi, 2010).

 

Tahapan meningkatkan kemampuan psikomotorik anak

1.   Tahap kognitif

Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan yang kaku dan lambat. Hal tersebut terjadi karena anak masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakanya. Anak harus berfikir sebelum melakukan suatu gerakan, pada tahap tersebut sering membuat kesalahan dan kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.

2.   Tahap asosiatif

Pada tahap ini anak membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedantg dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotorik oleh karena itu gerakan gerakan  dalam tahap ini belum menjadi gerakan yang bersifat otomatis. Pada tahap ini anak masih menggunakan pikiranya untuk melekukan suatu gerakan, tetapi waktu yang diperlukan untuk berfikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Gerakan gerajanya sudah tidak kaku kerena waktu yang dipergenakan untuk berfikir lebih pendek.

3.   Tahap otonomi

Pada tahap ini anak telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi, proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih harus memperbaiki gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi karena tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan. Pada tahap ini gerakan yang dilakukan secara spontan (Dwi, 2010).

 

Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus

1.   Perkembangan Motorik Kasar

Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

2.   Perkembangan Gerakan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar (Anonim, 2011).

Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar bola dan memainkan alat alat mainan.

a)  Dengan keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan bulan pertama dalam kehidupanya, kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lain, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya sendiri.  Kondisi in akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.

b)  Melalui peningkatan potensi perkembangan psikomotorik anak dapat menyesuaikan dangan lingkungan sekolah. Pada masa pra sekolah atau pada masa awal sekolah dasar, anak sudah dapat silatih menulis menggambar melukis dan baris berbaris.

c)  Melalui peningkatan potensi prkembangan psikomotorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat untuk anak akan bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dia akn terkucilkan atau menjadi anak yang finger (terpinggirkan)

d)  Peningkatan potensi perkembangan psikomotorik sangat penting bagi perkembangan self concept (kepribadian anak) (Dwi, 2010).

Peningkatan potensi psikomotorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak secara bebas. Kegiatan diluar ruangan bisa menjadi pilihan  terbaik karena dapat memberikan stimulasi perkembangan otot. Kegiatan anak dalam ruangan, pemaksimalan ruangan dapat sijasikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari melompat dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan cara cara yang tidak terbatas, selain itu penyediaan alat bermain diluar ruangan bisa mendoromg anak untuk meningkatkan koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuhnya, stimulasi stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan kemampuan psikomotorik kasar. Sedangkan koordinasi, fisik dan stamina secara bertahap bisa dikembangkan secara sendiri.

Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air mengambil dan mengumpulkan batu batu, dedaunan atau benda kecil lainya, dan bermain permainan luar ruangan seperti kelerang, peningkatan potensi kemampuan psikomotorik halus ini merupakan modal dasar untuk menulis.

Teori perkembangan Psikososial (Erik H Erickson )

 

a.   Trust vs mistrust — bayi (lahir – 12 bulan)

  • Indikator positif : belajar percaya pada orang lain
  • Indikator negatif : tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat, pengasingan.
  • Pemenuhan kepuasan untuk makan dan mengisap, rasa hangat dan nyaman, cinta dan rasa aman —-  menghasilkan kepercayaan.
  • Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat — bayi menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk.

b. Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) — todler (1-3 tahun)

  • Indikator positif : kontrol diri tanpa kehilangan harga diri
  • Indikator negatif : terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah
  • Anak mulai mengembangkan kemandirian membuka dan memakai baju, berjalan, mengambil, makan sendiri, dan ke toilet. Mulai terbentuk kontrol diri.
  • Jika kemandirian todler tidak didukung oleh orang tua, mungkin anak memiliki kepribadian yang ragu-ragu
  • Jika anak dibuat merasa buruk pada saat melakukan kegagalan, anak akan menjadi pemalu.

c. Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) — pra sekolah ( 3-6 tahun)

  • Indikator positif : mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan. Mulai mengevaluasi kebiasaan (perilaku) diri sendiri.
  • Indikator negatif : kurang percaya diri, pesimis, takut salah. Pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadi.
  • Inisiatif, mencoba hal-hal baru, perilaku kuat, imajinatif dan intrusif, perkembangan perasaan bersalah dan identifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin sama.
  • Pembatasan — mencegah anak dari perkembangan inisiatif.
  • Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua.
  • Anak perlu belajar untuk memulai aktivitas tanpa merusak hak-hak orang lain.

d. Industri vs inferior (industry vs inferiority) — usia sekolah (6-12 tahun)

  • Indikator positif : mulai kreatif, berkembang, manipulasi. Membangun rasa bersaing dan ketekunan.
  • Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
  • Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian.
  • Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah.
  • Perasaan inferior — terjadi pada saat orang dewasa memandang usaha anak untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau merupakan masalah.
  • Perasaaan inferior — ketidaksuksesan di sekolah, ketidaksuksesan dalam perkembangan ketrampilan fisik dan mencari teman.

e. Identitas vs bingung peran (identity vs role confusion) — remaja (12 – 18 tahun)

  • Indikator positif : menghubungkan sesuatu dengan perasaan diri, merencanakan aktualisasi diri
  • Indikator negatif : kebingungan, ragu-ragu, dan tidak mampu menemukan identitas diri
  • Individu mengembangkan penyatuan rasa “ diri sendiri”.
  • Teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku.
  • Kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas  — kebingungan peran, yang sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan.

f.    Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation) – dewasa muda (18-25 sampai 45 tahun)

  • Indikator positif : berhubungan intim dengan orang lain. Mempunyai komitmen dalam bekerja dan berhubungan dengan orang lain.
  • Indikator negatif : menghindari suatu hubungan, komitmen gaya hidup atau karir.
  • Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksual.
  • Ketidakpastian individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman.
  • Seseorang tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri, akan merasa sendiri.

g. Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri – dewasa tengah (45 – 65 tahun)

  • Indikator positif : kreatifitas, produktivitas dan perhatian dengan orang lain
  • Indikator negatif : perhatian terhadap diri sendiri, kurang merasa nyaman
  • Orang dewasa — bimbingan untuk generasi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian pada dunia di masa yang akan datang
  • Absorpsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan pribadi dan peningkatan materi
  • Perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan.

h. Integritas ego vs putus asa — dewasa akhir (65 tahun keatas)

  • Indikator positif : penerimaan kehidupan pribadi sebagai sesuatu yang berharga dan unik. Siap menerima kematian
  • Indikator negatif : perasaan kehilangan, jijik terhadap orang lain.
  • Masa lansia dapat melihat ke belakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan kematian

Resolusi (pencapaian) yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan, kekecewaan dan kegagalan.

DAFTAR PUSTAKA

 

[Anonim, 2011]. http://episentrum.com/artikel-psikologi/perkembangan-motorik-anak-usia-dini/#more-355 [9 oktober 2011]

 

Ardiana, A. 2010. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia. images.albadroe.multiply.com/…/Konsep%20pertumbuhan%…Filipina [10 Oktober 2011]

 

Brooks, J.B. 2001. Parenting. Mayfield Publishing Company

 

Dwi A, 2010. Cara Meningkatkan potensi Kemampuan Psikomotorik. http://atmutz.student.umm.ac.id/2010/02/11/cara-meningkatkan-potensi-kemampuan-psikomotorik/ [10 oktober 2011]